https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/issue/feedJurnal Kesehatan Kusuma Husada2024-08-02T09:08:43+00:00Sutiyo Dani Saputrosutiyods@ukh.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Jurnal Kesehatan Kusuma Husada</strong> is a scientific journal published by Universitas Kusuma Husada Surakarta containing scientific writings that focus on the health sector including nursing, midwifery, biomedical and public health. <strong>Jurnal Kesehatan Kusuma Husada</strong> is published twice a year (January and July). Please visit our <a href="https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&user=eYVBrqkAAAAJ">Google Scholar</a> profile to see how high the citation rate is in our journal. The copyright for published articles belongs to <strong>Jurnal Kesehatan Kusuma Husada</strong>.</p> <p> </p>https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1179Hubungan Kadar Leutinizing Hormone (LH) terhadap Kadar Interferon Gamma (IFNγ) dan Neutrophil Lympocyte Ratio (NLR) pada Remaja Putri dengan Overweight dan Obesitas2024-07-30T01:45:25+00:00A. Zakaria Amienazakariaamien06@gmail.comWimba Widagdho Dinutanayoazakariaamien06@gmail.com<p>Remaja memiliki kerentanan terhadap masalah gizi dan metabolisme<strong>. </strong>Obesitas pada remaja putri dapat mengakibatkan terganggunya siklus menstruasi. Status gizi juga dikaitkan dengan kondisi inflamasi kronis yang menstimulus sekresi protein inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hormon LH terhadap kadar hormon IFNγ dan profil NLR pada remaja putri dengan <em>overweight</em> dan obesitas. Jenis Penelitian ini penelitian kuantitatif dengan rancangan <em>post test design</em>. Teknik sampling yang digunakan<em> purposive sampling</em> sebanyak 30 responden. Analisis yang digunakan uji <em>pearson product moment</em>. Karakteristik responden terdapat 12 remaja putri dengan status obesitas grade 1, 9 responden obesitas grade 2 dan 9 responden lainnya <em>overweight.</em> Pada hasil uji analisis korelasi antara kadar LH terhadap IFNγ p value 0,63 (>0,05) dan uji korelasi antara kadar LH terhadap NLR p value 0,45 (>0,05). Tidak terdapat hubungan antara kadar hormon LH terhadap kadar hormon IFNγ dan profil NLR pada remaja putri dengan <em>overweight</em> dan obesitas</p> <p> </p> <p><em>Adolescents have susceptibility to nutritional and metabolic problems. Obesity in adolescent girls can result in disruption of the menstrual cycle.</em> <em>Nutritional status is also associated with chronic inflammatory conditions that stimulate the secretion of inflammatory proteins.</em> <em>This study aimed to determine the correlation between LH hormone levels to IFNγ hormone levels and NLR profiles in adolescent girls with overweight and obesity.</em> <em>This type of research is quantitative research with post test design.</em> <em>The sampling used a purposive sampling technique which involved 30. The analysis used pearson product moment.</em> <em>The characteristics of respondents were 12 adolescent girls with grade 1 obesity status, 9 respondents were grade 2 obese and 9 other respondents were overweight.</em> <em>In the results of the correlation analysis test between LH levels to IFNγ p value 0.63 (>0.05) and test the correlation between LH levels to NLR p value 0.45 (>0.05). There was no correlation between LH hormone levels to IFNγ hormone levels and NLR profiles in overweight and obese adolescent girls.</em></p> <p> </p>2024-07-29T08:42:12+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1232PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6-59 BULAN DI DESA MUNDUK BALI TAHUN 20232024-07-30T01:48:05+00:00Ni Putu Tia Adnyanitiaadnyani62@gmail.comKomang Hendra Setiawantiaadnyani62@gmail.comI Made Kusuma Wijayatiaadnyani62@gmail.com<p>Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang ditandai dengan hasil TB/U < -2 standar deviasi. Sampai saat ini stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia dengan prevalensi 24,4%. ASI Eksklusif memiliki peran krusial dalam pemenuhan gizi untuk mendukung tumbuh kembang anak. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-59 bulan di Desa Munduk Bali tahun 2023. Penelitian ini dilakukan di Desa Munduk Bali yang merupakan kawasan wisata, tetapi masih memiliki permasalahan gizi khususnya stunting. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain penelitian <em>case control. </em>Populasi penelitian mencakup seluruh anak usia 6-59 bulan yang tinggal di Desa Munduk sejumlah 250 anak. Penelitian dilakukan dengan menyetarakan karakteristik umum antara kelompok kasus dan kontrol dengan metode <em>purposive sampling </em>lalu diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi hingga didapatkan subjek penelitian berjumlah 20 anak dengan keterangan 10 anak kelompok kasus dan 10 anak kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam bersama Ibu dari sampel penelitian<em>. </em>Hasil uji bivariat dengan <em>fisher exact test</em> mendapat hasil P= 0,020 (<em>P<sub>value</sub><0,05</em>) dengan nilai <em>Odds Ratio </em>(OR) = 21,000 dengan <em>confidence interval </em>CI 95% berkisar 1,777 – 248.103. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di Desa Munduk tahun 2023. Anak yang tidak ASI Eksklusif memiliki risiko terkena stunting 21 kali lebih tinggi dari pada anak dengan ASI Eksklusif.</p> <p> </p> <p>Stunting is a chronic nutritional problem characterized by a height-for-age (HAZ) result of < -2 standard deviations. Until now, stunting remains a prevalent issue in Indonesia, with a prevalence rate of 24.4%. Exclusive breastfeeding (EBF) plays a crucial role in fulfilling nutritional needs to support the growth and development of children. This research aims to investigate the influence of exclusive breastfeeding on the occurrence of stunting in children aged 6-59 months in Bali’s Munduk Village in 2023. The study is conducted in Balis’Munduk Village, a tourist area that still faces nutritional problems, particularly stunting. This analytical observational research employs a case-control study design. The study population includes all children aged 6-59 months residing in Munduk Village, totaling 250 children. The characteristics of the case and control groups are matched through purposive sampling, followed by selection based on inclusion and exclusion criteria, resulting in a total of 20 research subjects, comprising 10 cases and 10 controls. Data collection is carried out through in-depth interviews with the mothers of the research subjects. Bivariate analysis using Fisher's exact test yields a significant result with P = 0.020 (P value < 0.05) and an Odds Ratio (OR) value of 21.000, with a 95% confidence interval ranging from 1.777 to 248.103. This indicates a significant influence between exclusive breastfeeding and the occurrence of stunting in Munduk Village in 2023. Children who do not receive exclusive breastfeeding have a 21 times higher risk of experiencing stunting compared to those exclusively breastfed</p> <p> </p>2024-07-29T08:44:52+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1241FAKTOR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG DENGAN KEJADIAN STUNTING2024-07-30T01:48:22+00:00Apriyana Irjayantiapriyanairjayanti04@gmail.comMaxsi Irmantoapriyanairjayanti04@gmail.comMona Safitri Fatiahapriyanairjayanti04@gmail.com<p>Kasus stunting menjadi permasalahan global yang saat ini merupakan satu faktor terhambatnya perkembangan manusia di dunia. Tujuan riset yaitu menganalisis faktor langsung dan tidak langsung kejadian stunting. Metode riset memakai analitik observasional dengan desain <em>case control</em>. Populasi dan sampel yaitu rumah tangga yang memiliki balita berusia 25-59 bulan yang berisiko stunting di wilayah kerja Puskesmas Jayapura Utara sebanyak 82 balita. Besar sampel menggunakan perbandingan sampel antara kasus dan kontrol 1:1. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik <em>consecutive sampling</em>. Seluruh variabel memakai instrumen kuesioner dan analisis data univariat dan bivariat. Hasil riset didapatkan ada korelasi antara riwayat penyakit diare dengan stunting pada balita (<em>p-value</em> = 0,001) dan tidak terdapat korelasi antara praktik cuci tangan (<em>p-value</em> = 0,258), praktik buang air besar <em>(p-value </em>= 0,081), praktik pengamanan sampah rumah tangga (<em>p-value</em> = 0,649), praktik pengelolaan air minum dan makanan (<em>p-value</em> = 1,000), akses air minum (<em>p-value</em> = 0,065), sanitasi jamban (<em>p-value</em> = 0,797), sanitasi pembuangan limbah cair (<em>p-value</em> = 0,068), dan sanitasi sampah rumah tangga (<em>p-value</em> = 1,000) dengan stunting pada balita. Saran riset ini ialah masyarakat agar membiasakan diri berperilaku higienis dan saniter serta membarui dan menegakkan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>The case of stunting is a global problem which is currently a factor in hampering human development in the world. The aim of the research is to analyze direct and indirect factors in the incidence of stunting. The research method uses observational analytics with a case control design. The population and sample are 82 households with toddlers aged 25-59 months who are at risk of stunting in the working area of the North Jayapura Community Health Center. The sample size uses a sample ratio of 1:1 between cases and controls. The sampling technique is consecutive sampling technique. All variables use questionnaire instruments and univariate and bivariate data analysis. The research results showed that there was a correlation between a history of diarrhea and stunting in toddlers (p-value = 0.001) and there was no correlation between hand washing practices (p-value = 0.258), defecation practices (p-value = 0.081), safety practices household waste (p-value = 0.649), drinking water and food management practices (p-value = 1.000), access to drinking water (p-value = 0.065), latrine sanitation (p-value = 0.797), liquid waste disposal sanitation (p-value = 0.068), and household waste sanitation (p-value = 1.000) with stunting in toddlers. The advice of this research is for the public to get used to hygienic and sanitary behavior and to renew and uphold the sustainability of a clean and healthy living culture.</em></p>2024-07-29T08:45:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1299PENGARUH ENDORPHIN MASSAGE TERHADAP TINGKAT NYERI PADA IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RS BHAYANGKARA TK I PUSDOKKES POLRI JAKARTA TIMUR2024-08-01T03:50:09+00:00Putri Cahya Emiliajenny.siauta@civitas.unas.ac.idJenny Anna Siautajenny.siauta@civitas.unas.ac.idRukmaini Rukmainijenny.siauta@civitas.unas.ac.id<p>Tingkat nyeri yang dirasakan pada ibu pasca operasi <em>sectio caesarea</em> masih sangat tinggi karena efek dari luka sayatan dibagian perut ibu sehingga mengganggu kenyamanan dan mobilisasi menjadi terbatas. Untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan tindakan non farmakologi berupa teknik komplementer menggunakan <em>endorphin massage</em> untuk membantu mengurangi nyeri. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh <em>endorphin massage</em> terhadap tingkat nyeri pada ibu pasca <em>sectio caesarea</em> di RS Bhayangkara TK. I Pusdokkes Polri. Penelitan menggunakan <em>quasi-experiment </em>dengan 2 kelompok yaitu intervensi dan kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik <em>purposive sampling </em>sebanyak 40 responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi skala nyeri NRS dan lembar SOP <em>endorphin massage</em>. Analisis yang digunakan menggunakan uji <em>Wilcoxon </em>dan uji <em>Mann Whitney</em>. Hasil penelitian: Adanya pengaruh <em>endorphin massage</em> terhadap tingkat nyeri pada ibu pasca <em>sectio caesarea</em> dengan (p value 0,000). Terdapat perbedaan hasil uji 2 pada kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai selisih penurunan tingkat nyeri lebih banyak 15,05 dan hasil (p value 0,000) Untuk uji 1 terdapat nilai selisih penurunan tingkat nyeri hanya 3,15 dan hasil (p value 0,331). Kesimpulannya ada pengaruh <em>endorphin massage</em> terhadap tingkat nyeri dan terdapat perbedaan pada kelompok intervensi dengan menggunakan <em>endorphin massage</em> yaitu tingkat nyeri lebih rendah dibandingkan yang tidak dilakukan <em>endorphin massage</em> pada ibu pasca <em>sectio caesarea</em> di RS Bhayangkara Tk.I Pusdokkes Polri</p> <p> </p> <p>The level of pain felt by mothers after caesarean section surgery is still very high due to the effect of the incision in the mother's abdomen, which interferes with comfort and limited mobility. To overcome this, researchers provided non-pharmacological measures in the form of complementary techniques using endorphin massage to help reduce pain. The aim of this study was to determine the effect of endorphin massage on pain levels in mothers after caesarean section at Bhayangkara TK Hospital. I Police Health Center. The research used a quasi-experiment with 2 groups, namely intervention and control. Sampling used a purposive sampling technique of 40 respondents. The research instrument used the NRS pain scale observation sheet and endorphin massage SOP sheet. The analysis used the Wilcoxon test and the Mann Whitney test. Research results: There is an influence of endorphin massage on the level of pain in mothers after caesarean section with (p value 0.000). There is a difference in the results of test 2 in the intervention and control groups with the difference value of the reduction in pain levels being more 15.05 and the result (p value 0.000). For test 1 there is a difference value in the reduction of pain levels of only 3.15 and the result (p value 0.331). In conclusion, there is an influence of endorphin massage on pain levels and there is a difference in the intervention group using endorphin massage, namely the level of pain is lower compared to those who did not receive endorphin massage in mothers after caesarean section at Bhayangkara Hospital Tk.I Pusdokkes Polri</p>2024-07-29T08:46:28+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1308ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ATRIAL FIBRILASI PADA PASIEN MITRAL STENOSIS DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER2024-07-30T01:48:36+00:00Hairrudin Hairrudinhairrudin.fk@unej.ac.idFeby Triastiana Kurbainilizzymaynard06@gmail.comPipiet Wulandaripipiet_wulandari@unej.ac.id<p><em>Mitral stenosis</em> merupakan kelainan katup jantung dengan prevalensi yang masih tinggi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini menjadi penyebab tersering morbiditas dan mortalitas dini pada generasi muda di seluruh dunia. Salah satu komplikasi dari <em>mitral stenosis</em> adalah atrial fibrilasi yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti, usia lanjut, dilatasi atrium sinistra, rendahnya nilai <em>Left Ventricular Ejection Fraction </em>(LVEF) dan <em>Tricupsid Annular Plane Systolic Excursion </em>(TAPSE), serta presentasi trombus. Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor risiko kejadian atrial fibrilasi pada pasien <em>mitral stenosis</em>. Penelitian ini menggunakan jenis analitik deskriptif dengan desain penelitian <em>cross sectional</em>. Sampel penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan yang terdiagnosis <em>mitral stenosis</em> di Poli Jantung RSD dr. Soebandi Jember pada periode antara Januari 2022 - Januari 2024. Data variabel dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat (<em>chi-square</em>), dan multivariat (regresi logistik berganda). Jumlah sampel penelitian sebanyak 70 pasien, pasien <em>mitral stenosis</em> didominasi oleh wanita dan pasien berusia >40 tahun. Sebanyak 81% pasien <em>mitral stenosis </em>mengalami atrial fibrilasi. Dari enam variabel yang diteliti didapatkan bahwa derajat <em>mitral stenosis</em> (P = 0,005 ; OR = 12,744) dan usia >40 tahun (P = 0,012 ; OR = 15,835) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian atrial fibrilasi berdasarkan hasil uji bivariat dan multivariat. Dapat disimpulkan bahwa faktor risiko terkait kejadian atrial fibrilasi pada pasien <em>mitral stenosis</em> di RSD dr. Soebandi Jember adalah derajat <em>mitral stenosis </em>dan usia lanjut.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>Mitral stenosis is a heart valve disorder with a high prevalence in developing countries such as Indonesia. This disease is the most common cause of morbidity and premature mortality in young people throughout the world. One of the complications of mitral stenosis is atrial fibrillation, which can be caused by several risk factors such as advanced age, left atrial enlargement, low Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF), and Tricupsid Annular Plane Systolic Excursion (TAPSE), as well as thrombus presentation. This study aims to assess the risk factors for atrial fibrillation in mitral stenosis patients. This research uses descriptive analytics with a cross-sectional research design. The research sample was all outpatients diagnosed with mitral stenosis at the Cardiac Polyclinic, RSD Dr. Soebandi Jember in the period between January 2022 - January 2024. Variable data was analyzed using univariate, bivariate (chi-square), and multivariate analysis (multiple logistic regression). The total research sample was 70 patients, with mitral stenosis patients being dominated by women and patients aged >40 years. As many as 81% of mitral stenosis patients experience atrial fibrillation. Of the six variables studied, it was found that the degree of mitral stenosis (P = 0.005; OR = 12.744) and age >40 years (P = 0.012; OR = 15.835) had a significant relationship with the incidence of atrial fibrillation based on the results of bivariate and multivariate tests. It can be concluded that the risk factors related to the incidence of atrial fibrillation in mitral stenosis patients at RSD Dr. Soebandi Jember is the degree of mitral stenosis and advanced age. </em></p>2024-07-29T08:46:59+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1367PENGARUH WAKTU TUNGGU TERHADAP MINAT KUNJUNGAN ULANG YANG DIMEDIASI KEPUASAN PASIEN2024-07-30T01:48:42+00:00Morita Dwi Tinaningsihmoritawibowo@gmail.comErliany Syaodihmoritawibowo@gmail.comAgus Hadian Rahimmoritawibowo@gmail.com<p>Waktu tunggu yang lama dalam proses mendapatkan pelayanan bagi pasien di Rumah Sakit dapat menyebabkan ketidakpuasan dan mempengaruhi pasien untuk melakukan kunjungan ulang rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu tunggu terhadap kunjungan ulang pasien yang dimoderasi oleh kepuasaan pasien mendapatkan pelayanan. Desain penelitian ini adalah jenis studi survei kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Studi tersebut dilakukan di RSUD Panglima Sebaya pada bulan November 2023. Metode penelitian menggunakan <em>purposive sampling</em>, dengan memilih subjek yang memenuhi kriteria responden/sampel sebanyak 376 Pasien Rawat Jalan. Analisis data yang digunakan yaitu uji <em>regresi logistic</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh waktu tunggu terhadap kepuasan pasien diperoleh nilai <em>p-value</em> sebesar 0,000 (<0,05), dan pengaruh waktu tunggu terhadap kunjungan ulang pasien nilai <em>p-value</em> sebesar 0,000 (<0,05), serta pengaruh kepuasan pasien terhadap kunjungan ulang diperoleh nilai <em>p-value</em> sebesar 0,000 (<0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh waktu tunggu terhadap kepuasan pasien, ada pengaruh waktu tunggu terhadap kunjungan ulang pasien dan ada pengaruh kepuasan pasien terhadap kunjungan ulang.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>Long waiting times in the process of getting services for patients at the hospital can cause dissatisfaction and influence patients to make outpatient re-visits. This study aims to determine the effect of waiting time on patient revisits moderated by patient satisfaction with service. This research design is a type of quantitative survey study with a cross-sectional approach. The study was conducted at Panglima Sebaya Hospital in November 2023. The research method uses purposive sampling, by selecting subjects who meet the criteria for respondents/samples of 376 outpatients. The data analysis used was logistic regression test. The results showed that the effect of waiting time on patient satisfaction obtained a p-value of 0.000 (<0.05), and the effect of waiting time on patient revisit p-value of 0.000 (<0.05), and the effect of patient satisfaction on revisit obtained a p-value of 0.000 (<0.05). The conclusion in this study is that there is an effect of waiting time on patient satisfaction, there is an effect of waiting time on patient revisits and there is an effect of patient satisfaction on revisits.</em></p>2024-07-29T08:47:40+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1369PENGARUH INTERVENSI MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU POSTPARTUM FISIOLOGIS DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT AMELIA PARE2024-07-30T01:48:48+00:00Dina Zakiyyatul Fuadahdzakiyyaf09@gmail.comLinda Isharianidzakiyyaf09@gmail.comArinda Ayu Praditadzakiyyaf09@gmail.com<p>Tingkat partisipasi dan motivasi ibu dalam melakukan proses <em>bounding attachment</em> masih sangat rendah terutama pada ibu primipara. Sehingga <em>bounding attachment </em>belum terlaksana dengan maksimal. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan <em>bounding attachment </em>melalui penerapan manajeman laktasi yang terdiri dari <em>breast care</em>, pijat oksitosin, teknik menyusui dan nutrisi ibu menyusui. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intervensi manajemen laktasi terhadap <em>bounding attachment </em>pada ibu postpartum. Desain penelitian ini adalah <em>Quasi eksperimental </em>dengan pendekatan <em>posttest only control group design</em>. Populasi seluruh ibu postpartum fisiologis sebanyak 30 orang, sampel penelitian sejumlah 28 responden yang di bagi menjadi dua kelompok yaitu 14 kelompok kontrol dan 14 kelompok intervensi diambil dengan teknik <em>Purposive Sampling</em>. Variabel independen dalam penelitian ini adalah intervensi manajemen laktasi dan variabel dependen adalah <em>bounding attachment</em>. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner <em>Bounding Attachment</em>. Penelitian ini menggunakan uji <em>independent t-test </em>dengan signifikasi ρ value= 0.001 (< α = 0.05). Hasil penelitian menunjukkan <em>bounding attachment </em>pada kelompok kontrol setengahnya (50%) (14-18) cukup dan (≤13) kurang, sedangkan pada kelompok intervensi seluruhnya (100%) (19-25) baik. Intervensi manajemen laktasi ini membuat ibu akan lebih sering berinteraksi dengan bayinya dimana dalam prosesnya terjadi sentuhan, kontak mata, suara, aroma, <em>entraitment </em>dan <em>bioritme </em>yang merupakan beberapa elemen dari <em>bounding attachment</em>. Oleh karena itu intervensi manajemen laktasi ini dapat membentuk <em>bounding attachment</em>. Intervensi manajemen laktasi ini bisa dimasukkan dan digunakan dalam penatalaksanaan ibu postpartum sehingga dapat membentuk <em>bounding attachment</em>.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>The level of maternal participation and motivation in conducting the bounding attachment process is still very low, especially in primiparous mothers, so that bounding attachment has not been maximized. Strategies that can be done by nurses to improve bounding attachment through the application of lactation management which consists of breast care, oxytocin massage, breastfeeding techniques and nutrition for breastfeeding mothers. The purpose of this study was to determine the effect of lactation management intervention on bounding attachment in postpartum mothers. The design of this study was Quasi-experimental with posttest only control group design approach. The population of all physiological postpartum mothers was 30 people, the research sample was 28 respondents who were divided into two groups, namely 14 control groups and 14 intervention groups taken by purposive sampling technique. The independent variable in this study was lactation management intervention and the dependent variable was bounding attachment. The research instrument used Bounding Attachment questionnaire. This study used independent t-test with a significance of ρ value = 0.001 < α = 0.05. The results showed that bounding attachment in the control group was half (50%) (14-18) sufficient and (≤13) deficient, while in the intervention group all (100%) (19-25) were good. There was an effect of lactation management intervention on bounding attachment. This lactation management intervention makes mothers interact with their babies more often.</em></p>2024-07-29T08:48:20+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1381PSIKOEDUKASI DENGAN PENDEKATAN SKILL TRAINING MODEL TERHADAP KEMAMPUAN MENGENALI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA2024-07-30T01:48:54+00:00Wahyi Sholehah Erdah Suswatiwahyi.sholehah@uds.ac.idZidni Nuris Yuhbabazidniyuhbaba@gmail.comM. Elyas Arif Budimanelyasarif92@gmail.com<p>Perkembangan psikososial rasa remaja berada pada tahap pencarian identitas diri. Hal tersebut membuat remaja mulai berpikir tentang dirinya sendiri sebagai persiapan ke arah kedewasaan. Upaya yang dilakukan untuk membantu remaja agar mampu mencapai perkembangan psikososial pada rentang adaptif dan sehat adalah dengan melakukan psikoedukasi. Penelitian ini bertujuan memberikan psikoedukasi dengan pendekatan <em>skill training model</em> untuk meningkatkan kemampuan mengenali perkembangan psikososial pada remaja berdasarkan teori Erikson. Desain penelitian menggunakan <em>quasy experiment</em> <em>with control group</em> terhadap 50 orang responden yang diambil secara acak dengan teknik <em>proportionate stratified random sampling</em>. Responden kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yakni kontrol dan eksperimen masing-masing terdiri dari 25 orang. Intervensi diberikan selama 2 hari dengan jumlah sesi sebanyak 5 sesi meliputi topik tentang perubahan aspek biologis dan psikoseksual, perubahan aspek kognitif dan bahasa, perubahan aspek moral dan spiritual, perubahan aspek emosi dan psikososial, dan perubahan aspek bakat dan kreativitas pada remaja. Kemampuan remaja dalam mengenali perkembangan kesehatan mentalnya diukur dengan kuesioner dengan reliabilitas 0,983. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney untuk membandingkan skor subjek pada <em>pretest</em> dan <em>posttest</em> dari kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian diperoleh: 1) tidak ada perbedaan kemampuan mengenali perkembangan psikososial remaja pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi (<em>p-value</em> 0,235 > 0,05); 2) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengenali perkembangan psikososial remaja pada kelompok eksperimen (<em>p-value</em> 0,000 < 0,05); 3) terdapat perbedaan kemampuan mengenali perkembangan psikososial antara kelompok kontrol dan eksperimen (<em>p-value</em> 0,003 < 0,05). Psikoedukasi dengan pendekatan <em>skill training model</em> dinilai cukup efektif digunakan sebagai pilihan intervensi bagi perawat jiwa atau profesional terkait lainnya untuk membantu remaja mengenali kemampuan perkembangan psikososialnya.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>The psychosocial development of adolescents is at the stage of searching for self-identity. This makes teenagers start to think about what and who they are at that time and in the future as preparation for adulthood. Psychoeducation is an intervention option to help adolescents achieve their psychosocial development in the adaptive and healthy range. This research aims to provide psychoeducation with a skills training model approach to improve the ability to recognize psychosocial development in adolescents based on Erikson's theory. The research design used a quasi-experiment with a control group on 50 respondents taken randomly using a proportional stratified random sampling technique.</em> <em>The respondents were then divided into 2 groups, namely the control and the experiment consisting of 25 people each group. The intervention provided in 5 sessions in 2 days include: changes in biological and psychosexual aspects, changes in cognitive and language aspects, changes in moral and spiritual aspects, changes in emotional and psychosocial aspects, and changes in talent and creativity aspects. Adolescents' ability to recognize the development of their mental health was measured by a questionnaire with a reliability of 0.983. Data were analyzed using the Wilcoxon and Mann-Whitney tests to compare subjects' scores on the pretest and posttest from the control and experimental groups. The results of the study were obtained: 1) there was no difference in the ability to recognize the psychosocial development of adolescents in the control group before and after the intervention (p-value 0.235 > 0.05); 2) there was a significant difference in the ability to recognize the psychosocial development of adolescents in the experimental group (p-value 0.000 < 0.05); 3) there was a difference in the ability to recognize psychosocial development between the control group and the experiment (p-value 0.003 < 0.05). Psychoeducation with a skills training model approach is considered a quiet effective intervention for psychiatric nurses or other related professionals to help adolescents recognize their psychosocial development abilities.</em></p>2024-07-29T08:49:13+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1393PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DAN TEKANAN DARAH PASIEN PRE-OPERASI DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA2024-07-30T01:48:59+00:00Marsha Hamira Subiyaktomarsha05win@gmail.comAriyani Ariyanimarsha05win@gmail.com<p>Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi biasanya mengalami kecemasan dan peningkatan tekanan darah. Diperlukan suatu cara agar dapat mengatasi kecemasan dan menurunkan tekanan darah yang pada akhirnya diharapkan tindakan operasi dapat berjalan dengan lancar. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi psikologis, salah satunya adalah terapi relaksasi autogenik. Terapi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan kalimat pendek yang mampu membuat pikiran menjadi tenang. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan dan tekanan darah pasien pre-operasi. Penelitian ini dilakukan di Ruang Mawar 3RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari tanggal 12 Februari 2024-23 Februari 2024. Desain penelitian ini adalah <em>Quasy Eksperimen Pretest-Posttest One Group Design</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 26 orang dengan pemilihan sampel menggunakan <em>purposive sampling</em>. Analisis data menggunakan <em>paired sample t-test</em> setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji <em>kolmogorov-smirnov</em>. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap tingkat ansietas dan tekanan darah pasien pre-operasi dengan nilai <em>p-value</em> 0,000 < 0,05.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>Patients undergoing surgery usually experience anxiety and increased blood pressure. A way is needed to overcome anxiety and lower blood pressure so that in the end it is hoped that the operation can run smoothly. One way that can be done is through psychological therapy, one of which is autogenic relaxation therapy. Autogenic therapy is relaxation that comes from oneself with short sentences that can calm the mind. The aim of this study was to determine the effect of autogenic relaxation therapy on anxiety levels and blood pressure in pre-operative patients. This research was conducted in the Mawar Room 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta from 12 February 2024-23 February 2024. The design of this research is a Quasy Experiment Pretest-Posttest One Group Design. The number of samples in this research was 26 people with sample selection using purposive sampling. Data analysis used a paired sample t-test after carrying out a normality test using the Kolmogorov-Smirnov test. The results of the study showed that there was an effect of autogenic relaxation therapy on the level of anxiety and blood pressure of pre-operative patients with a p-value of 0.000 < 0.05.</em></p>2024-07-29T08:49:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1406KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI IGD WILAYAH PUSKESMAS SUKOHARJO2024-07-30T01:49:05+00:00wahyuningsih safitriwahyuningsihsafitri@gmail.comSuryo Ediyonowahyuningsihsafitri@gmail.com<p>Kepuasan pasien merupakan hal penting dalam mengukur kualitas layanan kesehatan. Salah satu faktor yang berkaitan adalah komunikasi terapeutik perawat yang digunakan untuk pemberian Asuhan Keperawatan dan membantu pasien dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi pada saat perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di IGD Wilayah Puskesmas Sukoharjo. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan Cross Setional. Populasi penelitian adalah pasien sejumlah 57 responden. Teknik Sampling <em>Non Probability Sampling</em> dengan metode <em>Accidental Sampling</em> dan didapatkan 50 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner Komunikasi Terapeutik dan Kepuasaan Pasien.. Hasil penelitian menunjukan bahwa Komunikasi Terapeutik kategori baik sebanyak 32 pasien (64%) dan pasien puas sebanyak 31 pasien (62%). Analisa data dengan Uji Kendall Tau. Hasil Statistik menunjukan <em>p-value</em> =0,000 dan nilai koefisien korelasi 0,569. Kesimpulan penelitian adalah ada Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di IGD Wilayah Puskesmas Sukoharjo.</p> <p> </p> <p> </p> <p><em>Patient satisfaction is an important thing in measuring the quality of health services. One related factor is the nurse's therapeutic communication which is used to provide nursing care and help patients overcome the problems they are facing during treatment. </em><em>The objective of the study was to establish the link between the therapeutic communication of nurses and the levels of patient satisfaction in the emergency department of the Sukoharjo Community Health Center. This research utilized a quantitative method with a cross-sectional approach. The total population consisted of 57 respondents. The sample was 50 respondents using the non-probability Sampling technique with the Accidental Sampling method. Data were collected utilizing nurses’ therapeutic communication and Patient Satisfaction questionnaires..</em> <em>The results revealed that Therapeutic Nurse Communication was in the good category with 32 patients (64%), and the patient was in the satisfied category with 31 patients (62%). Data analysis operated the Kendall Tau test. The statistical test obtained a p-value of 0.000 and a correlation coefficient of 0.569. The research concluded a relationship between Nurse Therapeutic Communication and Patient Satisfaction levels in the Emergency Department of the Sukoharjo Community Health Center.</em></p>2024-07-29T08:50:19+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1453ANALISIS FAKTOR KETERAMPILAN TRIAGE BENCANA PADA ANGGOTA BASARNAS SURAKARTA2024-07-30T01:49:10+00:00Gatot Suparmantomasgat@yahoo.co.idsutiyo dani saputromasgat@yahoo.co.idSahuri Teguh Kurniawanmasgat@yahoo.co.idBambang Abdul Syukurmasgat@yahoo.co.idDany Dewantomasgat@yahoo.co.id<p>Triase bencana adalah proses mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat keparahan bencana. Kemampuan seorang responden dalam melakukan triase bencana dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengetahuan triase responden, usia, tingkat pendidikan, senioritas, dan pengalaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triase bencana di kalangan anggota Basarnas Surakarta. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi seluruh anggota Basarnas Pos Daerah Administratif Khusus Provinsi Surakarta, dengan jumlah sampel 32 orang menggunakan purposive sampling. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan relawan kuesioner tentang keterampilan relawan Hasil menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triase bencana adalah faktor masa kerja dengan nilai p value sebesar 0,042 Kesimpulan pada penelitian ini dari 5 faktor yang diteliti hanya 2 faktor yang berpengaruh. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor lama kerja dan tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan pelaksanaan <em>triage</em> bencana anggota Basarnas Surakarta sehingga perlu pendalaman teorti serta menambah materi di bagian kurikulum Basarnas mengenai <em>Triage</em></p> <p> </p> <p><em>Disaster triage is the process of classifying patients based on the severity of the disaster. A respondent's ability to carry out disaster triage is influenced by several factors, including the respondent's triage knowledge, age, education level, seniority and experience. The aim of this research is to identify factors related to the implementation of disaster triage among members of Basarnas Surakarta. Descriptive research with cross sectional design. The population is all members of the Basarnas Post Special Administrative Region of Surakarta Province, with a sample size of 32 people using purposive sampling. The questionnaire used was a volunteer knowledge questionnaire, a questionnaire about volunteer skills. The results showed that the factor related to the implementation of disaster triage was the work period factor with a p value of 0.042. Conclusions in this study, of the 5 factors studied, only 2 factors had an influence. This shows that the factors of length of work and level of education are related to the implementation of disaster triage for Basarnas Surakarta members, so it is necessary to deepen the theory and add material to the Basarnas curriculum section regarding Triage.</em></p>2024-07-29T08:51:02+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1454PENGARUH PELATIHAN PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA TERHADAP PENGETAHUAN RELAWAN2024-07-30T01:49:14+00:00Christiana Arin Proborinichristianaarin123@gmail.comDwi Haknowochristianaarin123@gmail.comAndriyanto Andriyantochristianaarin123@gmail.com<p>Relawan adalah tindakan kemanusiaan yang nyata dan sangat dibutuhkan. Banyak orang yang tertarik untuk menjadi relawan, baik anak muda yang belum lulus sekolah atau orang dewasa yang sudah sukses. Relawan tidak hanya ditempatkan di daerah bencana atau konflik, tetapi juga di daerah yang tidak memiliki fasilitas pendidikan dan fasilitas. Menjadi Relawan tidak mudah dan harus memiliki kemampuan dasar. Pelatihan diberikan untuk meningkatkan keterampilan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan relawan terpengaruh oleh pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan menggunakan pendekatan quasi-eksperimen dengan pre-test dan post-test. 96 relawan diminta sebagai responden melalui sampling purposive. Data dikumpulkan baik sebelum maupun sesudah pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana, yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner pengetahuan. Hasil: Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney menemukan bahwa skor peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi sebesar 5.33 dan untuk kelompok kontrol sebesar 3.71. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0.001 sehingga ada pengaruh pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana terhadap pengetahuan relawan. <strong>Kesimpulan</strong>: pelatihan ini dibutuhkan dan bermanfaat bagi Relawan sehingga menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pencegahan dan mitigasi bencana.</p> <p> </p> <p><em>Volunteering is a real and much needed humanitarian act. Many people are interested in becoming volunteers, whether young people who have not yet graduated from school or adults who are already successful. Volunteers are not only placed in disaster or conflict areas, but also in areas that do not have educational facilities and facilities. Volunteering is not easy. Volunteers must have basic skills. Training is provided to improve basic skills. The aim of this research is to determine how volunteers' knowledge is affected by disaster prevention and mitigation training. This research was conducted quantitatively and used a quasi-experimental approach with pre-test and post-test. 96 volunteers were asked to act as respondents through purposive sampling. Data was collected both before and after disaster prevention and mitigation training, which was carried out using a knowledge questionnaire. Results: Data analysis using the Mann-Whitney statistical test found that the knowledge increase score for the intervention group was 5.33 and for the control group was 3.71. The results of the Mann-Whitney test showed a p value <0.001, so there was an influence of disaster prevention and mitigation training on volunteers' knowledge. Conclusion: this training is needed and useful for volunteers so that they increase their knowledge and skills regarding disaster prevention and mitigation. </em></p>2024-07-29T08:51:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1482EFEKTIFITAS E-KADARSI (KELUARGA SADAR HIPERTENSI) TERHADAP EVALUASI TUGAS KELUARGA PASIEN BERISIKO KRISIS HIPERTENSI2024-07-30T01:49:20+00:00Noor Fitriyanipipit.nizam87@gmail.comDeoni Vioneerypipit.nizam87@gmail.comMartini Listrikawatipipit.nizam87@gmail.comFirman Prastiwipipit.nizam87@gmail.com<p>Peningkatan prevalensi hipertensi setiap tahunnya diperlukan strategi secara global dalam pencegahan dan pengendalian. Tatalaksana hipertensi melalui pendekatan keluarga menjadikan kemampuan mengenali masalah dan pemecahan masalah lebih menyeluruh. Salah satu implementasi yang dapat diberikan adalah pemberian edukasi berbasis online ditujukan pada keluarga dengan hipertensi. Tujuan penelitian untuk mengetahui keefektifan e-KADARSI (Keluarga Sadar Hipertensi) Terhadap Evaluasi Tugas Keluarga Pasien Hipertensi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah <em>quasy eksperimental </em>dengan <em>pretest </em>and <em>posttest with control design</em>. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60, terdiri 30 kelompok kontrol dengan intervensi standart dan 30 kelompok intervensi yang akan diberikan implementasi e-KADARSI dan diukur evaluasi tugas keluarga dengan kuisioner<em> </em>sebelum dan sesudah diberikan. Hasil analisa menunjukkan bahwa e-KADARSI efektif dalam evaluasi tugas keluarga dengan selisih nilai rata rata kedua kelompok sebesar 28.34 pada nilai <em>pre test </em>dan <em>post test</em>. Kesimpulan e-KADARSI sebagai tatalaksana yang tepat dalam upaya pencegahan krisis hipertens ditujukan pada keluarga.</p> <p> </p> <p><em>The increasing prevalence of hypertension every year requires a global strategy for prevention and control. Management of hypertension through a family approach makes the ability to recognize problems and solve problems more comprehensive. One implementation that can be provided is providing online-based education aimed at families with hypertension. The aim of the research is to determine the effectiveness of e-KADARSI (Hypertension Awareness Family) in evaluating the duties of families of hypertension patients.</em> <em>The method used in this research was quasi-experimental with pretest and posttest with control design. The number of subjects in this study was 60, consisting of 30 control groups with standard intervention and 30 intervention groups who would be given the implementation of e-KADARSI and measured evaluation of family tasks with questionnaires before and after being given. The results of the analysis show that e-KADARSI is effective in evaluating family tasks with a difference in the average score between the two groups of 28.34 in the pre-test and post-test scores. Conclusion e-KADARSI as appropriate management in efforts to prevent hypertension crises is aimed at families.</em></p>2024-07-29T08:52:29+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1487Uji Aktivitas Ekstrak Ganoderma lucidum sebagai Imunostimulan pada Tikus Putih (Rattus novergicus) pasca infeksi virus dengue 3 (DEN-3)2024-07-30T01:49:25+00:00Dewi Sulistyawatidewi.s@setiabudi.ac.idIfandari Ifandaridewi.s@setiabudi.ac.idRatna Herawatidewi.s@setiabudi.ac.id<p>Kejadian Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih menjadi masalah di negara-negara beriklim tropis dan sub tropis seperti Indonesia (Kemenkes RI, 2022). Tatalaksana pengobatan yang bisa dilakukan berupa terapi supportif untuk meningkatkan system imun. <em>Ganoderma lucidum </em>dapat dipakai sebagai imunostimulan karena kandungan polisakaridanya (Khatian dan Aslam, 2018). Penelitian ini menguji aktivitas ekstrak <em>G. lucidum </em>sebagai imunostimulan pada tikus putih pasca infeksi virus Dengue dengan pemeriksaan IgG anti Dengue. Penelitian dilakukan dengan menginfeksikan virus Dengue 3<em>. </em>Jumlah tikus berjumlah 20 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu 3 kelompok dengan dosis 0,8 g; 1,6 g; 3,2 g/0,2 KgBB, dan 2 kelompok kontrol. Metode sampling darah dilakukan selama 10 hari pasca infeksi dengan pengambilan darah yang pertama (I) pada hari ke-4 pasca infeksi, pengambilan darah kedua (II) hari ke-10 pasca infeksi. Pemeriksaan IgG anti-dengue dilakukan dengan metode ELISA. Pengujian statistik dengan one way anova membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata titer IgG anti Dengue pada setiap perlakuan dengan p <em>value</em> = 0.001 ( < 0,05), dengan kata lain terdapat perbedaan titer IgG antara kelompok kontrol positive, kontrol negative dan kelompok perlakuan. Perbedaan signifikan juga terlihat antara titer IgG anti Dengue pasca infeksi hari ke-4 dengan hari ke-10 dengan p <em>value</em> = 0.000 ( < 0,05). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak <em>G. lucidum</em> efektif sebagai imunostimulan pada infeksi virus Dengue 3 dan dosis ekstrak <em>G. lucidum</em> yang paling efektif adalah 0.8 g/KgBB.</p> <p> </p> <p><em>The incidence of Dengue Hemorrhagic Fever is still a problem in countries with tropical and sub-tropical climates such as Indonesia (</em><em>Kemenkes RI</em><em>, 2022). The treatment that can be carried out is in the form of supportive therapy to improve the immune system. Ganoderma lucidum can be used as an immuno</em><em>stimulant</em><em> because of its polysaccharide content (Khatian and Aslam, 2018). This study tested the activity of G. lucidum extract as an immunostimulant in white mice after Dengue virus infection by examining anti-Dengue IgG. The research was carried out by infecting the Dengue 3 virus. There were 20 mice divided into 5 groups, namely 3 groups with a dose of 0.8 g; 1.6g; 3.2 g/0.2 KgBW, and 2 control groups. The blood sampling method is carried out 10 days after infection with the first blood collection (I) on the 4th day post-infection, the second blood collection (II) on the 10th day post-infection. Anti-dengue IgG examination was carried out using the ELISA method. Statistical testing using one way anova proved that there was a significant difference in the average anti-dengue IgG titer for each treatment with p value = 0.001 (<0.05), in other words there was a difference in IgG titer between the positive control group, negative control group and the treatment group. A significant difference was also seen between anti-Dengue IgG titers after infection on day 4 and day 10 with p value = 0.000 (<0.05). This proves that G. lucidum extract is effective as an immuno</em><em>stimulant</em><em> in Dengue 3 virus infection and the most effective dose of G. lucidum extract is 0.8 g/KgBW.</em></p>2024-07-29T08:53:10+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/1481PENGARUH MOBILISASI PROGRESIF LEVEL I-V TERHADAP STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN POST VENTILASI MEKANIK DI ICU RUMAH SAKIT INDRIATI SOLO BARU2024-08-02T09:08:43+00:00Wahyu Rima Agustinwra.wahyurimaagustin@ukh.ac.idNoviana Nur Zaidahnoviananur1114@gmail.comFika Ervina Apriyantinoviananur1114@gmail.comSetiyawan Setiyawannoviananur1114@gmail.com<p> Mobilisasi progresif yaitu pemberian tindakan berupa teknik yang berfungsi sebagai pengobatan bertahap dan dilakukan kepada pasien kritis di Ruangan Intensive Care Unit. Mobilisasi pada pasien post ventilasi mekanik penting dilakukan karena dapat memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi lebih baik, mengembalikan aktivitas pasien agar dapat bergerak normal dan memenuhi kebutuhan gerak harian, serta mengembalikan tingkat kemandirian pasien setelah operasi (Merdawati, 2018). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi progresif Level I-V terhadap status hemodinamik pasien post ventilasi di ruang ICU. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan <em>Pre Experimental</em>, teknik sampling memakai metode <em>non probability sampling </em>dengan <em>purpose sampling </em>dan sampel yang digunakan sebanyak 30 responden, instrumen yang digunakan SOP mobilisasi progresif level I-V dan lembar observasi bed monitor. Uji <em>Wilxocon </em>yang dan didapatkan nilai <em>P Value </em>pada MAP Pre_Post yaitu 0,002, RR Pre_Post yaitu 0,001, Nadi Pre_Post yaitu 0,000, Suhu Pre_Post yaitu 0,009, dan SPO2 Pre_Post yaitu 0,000 (<em>P Value </em>< 0,005) yang artinya ada Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I-V Terhadap Status Hemodinamik Pada Pasien Post Ventilasi Mekanik Di ICU Rumah Sakit Indriati Solo Baru.</p>2024-08-02T07:10:55+00:00##submission.copyrightStatement##